TENTANG POLITIK
Mao Tje Tung
Mao Tje Tung
Buku
ini diterjemahkan menurut Pilihan Tulisan Mao Tje-tung jilid II
dalam bahasa Tiongkok yang diterbitkan pada bulan Agustus 1952 oleh Pustaka
Rakyat, Peking. [PENERBIT]. Dicetak di Republik Rakyat Tiongkok. Ini
adalah sebuah petunjuk dalam Partai yang ditulis oleh Kawan Mao Tje-tung pada
tanggal 25 Desember 1940 atas nama Central Comite Partai Komunis Tiongkok.
Panitia
Penerbit Pilihan Tulisan Mao Tje-tung Central
Comite Partai Komunis Tiongkok (PUSTAKA BAHASA
ASING PEKING 1956)
DALAM keadaan kampanye anti-Komunis memuncak sekarang ini, politik kita mempunyai arti yang menentukan. Tetapi di kalangan kader kita, masih banyak yang tidak mengerti, bahwa politik Partai dewasa ini harus sangat berbeda dengan politik Partai pada masa Revolusi Agraria. Harus diketahui, bahwa selama masa Perang Melawan Agresi Jepang, baik dalam keadaan apapun, politik Partai kita yang berupa front persatuan nasional melawan agresi Jepang itu tetap tidak akan berubah, bahwa banyak politik dalam masa sepuluh tahun Revolusi Agraria dulu jangan dipakai begitu saja sekarang. Lebih2 banyak politik yang terlalu kiri pada masa akhir Revolusi Agraria--karena tidak tahu bahwa revolusi Tiongkok mengandung dua ciri pokok, yakni sebagai suatu revolusi borjuis demokratis di negeri setengah jajahan dan bersifat jangka panjang--bukan saja tidak dapat dipakai semuanya pada masa melawan agresi Jepang sekarang ini, malah salah juga pada waktu itu. Politik2 itu meliputi yang berikut misalnya: "pengepungan dan pembasmian" yang kelima kali dari Kuomintang dan perjuangan kontra "pengepungan dan pembasmian" dari kita yang kelima kali itu dinamakan perang yang menentukan antara garis revolusioner dengan garis kontra-revolusioner; pembasmian borjuasi dan tani kaya dari segi ekonomi (memperlakukan borjuasi dengan politik perburuhan dan politik pajak yang terlalu kiri, membagikan tanah yang buruk kepada tani kaya); pembasmian tuan tanah dari segi jasmani (tidak membagikan tanah kepada mereka); terhantamnya kaum intelek; penyelewengan "Kiri" dalam memberantas anasir kontra-revolusioner; monopoli anggota Komunis dalam seluruh pekerjaan pemerintahan; haluan Komunis untuk pendidikan rakyat; politik militer yang terlalu kiri (menyerang kota besar dan menolak perang gerilya); politik avontur dalam pekerjaan di daerah Putih dan politik main hantam di lapangan organisasi dalam Partai; dan lain2. Politik yang terlalu kiri ini merupakan kesalahan oportunisme "Kiri", persis kebalikan dengan oportunisme Kanan dibawah pimpinan Tjen Tu-siu pada masa akhir Revolusi Besar Pertama. Pada masa akhir Revolusi Besar Pertama, politik yang dipakai ialah bersatu dalam segala2nya dan menyangkal perjuangan; sedangkan pada masa akhir Revolusi Agraria, politik yang dipakai ialah berjuang dalam segala2nya dan menyangkal persatuan (kecuali dengan massa tani yang pokok); inilah contoh yang sangat menonjol yang memperlihatkan dua macam politik ekstrimis. Kedua politik ekstrimis ini mengakibatkan Partai dan revolusi menanggung kerugian yang besar sekali.
Politik front
persatuan nasional melawan agresi Jepang sekarang ini bukanlah bersatu dalam
segala2nya dan menyangkal perjuangan, juga bukanlah berjuang dalam segala2nya
dan menyangkal persatuan, melainkan memadu persatuan dengan perjuangan.
Konkritnya, politik itu sebagai berikut:
1.
Segenap rakyat yang melawan
agresi Jepang itu bersatu (atau segenap buruh, petani, prajurit, pelajar dan
pedagang yang melawan agresi Jepang itu bersatu) untuk menggalang front
persatuan nasional melawan agresi Jepang.
2.
Politik merdeka dan bebas dalam
front persatuan--harus bersatu, tetapi harus merdeka pula.
3.
Dilapangan strategi militer,
politik ini berarti perang gerilya yang merdeka dan bebas dibawah kesatuan
strategi; pokoknja perang gerilya, tetapi perang mobil tidak diabaikan juga
jika keadaan menguntungkan.
4.
Dalam perjuangan menentang
golongan kepala batu yang anti-Komunis, kita mempergunakan pertentangan,
menarik jumlah yang terbesar, menentang jumlah yang terkecil, menghantjurkan
lawan satu demi satu; kita harus beralasan, beruntung dan berbatas.
5.
di daerah pendudukan musuh dan di
daerah kekuasaan Kuomintang, politik kita ialah, pada satu pihak, pekerjaan
front persatuan dikembangkan. sedapat2nja, pada lain pihak, bersembunji lagi
berefisiensi; dalam hal organisasi dan perjuangan, kita memakai politik:
bersembunji lagi berefisiensi, bekerja dibawah tanah dalam waktu yang panjang,
menimbun kekuatan, menunggu kesempatan.
6.
Mengenai hubungan antara berbagai
klas dalam negeri, politik pokok kita ialah, mengembangkan kekuatan progresif,
menarik kekuatan menengah, memencilkan kekuatan kepala batu yang anti-Komunis.
7.
Dalam menghadapi golongan kepala
batu yang anti-Komunis, kita memakai politik mendua yang revolusioner, yakni
politik bersatu dengan mereka apabila mereka masih dapat melawan agresi Jepang,
dan memencilkan mereka apabila mereka keras2 menentang Komunis. Dalam melawan
agresi Jepang, golongan kepala batu mendua pula sifatnya; kita memakai politik
bersatu dengan mereka apabila mereka masih dapat melawan agresi Jepang, tetapi
kita memakai politik menentang dan memencilkan mereka apabila mereka guncang
(misalnya diam2 bersekongkol dengan agresor Jepang, tidak aktif melawan Wang
Tjing-wéi dan pengkhianat yang lain2). Dalam menentang Komunis, golongan kepala
batu mendua juga sifatnya. Maka politik kita harus juga mendua sifatnya, yakni
kita memakai politik bersatu dengan mereka apabila mereka belum hendak
mematahkan sama sekali tali kerja sama Kuomintang-Komunis, tetapi kita memakai
politik menentang dan memencilkan mereka apabila mereka menjalankan politik
penindasan yang se-wenang2 dan mengadakan serangan militer terhadap Partai kita
dan rakyat. Golongan yang mendua sifatnya ini harus diperbedakan dengan kaum
pengkhianat dan kaum pro-Jepang.
8.
Malah di kalangan kaum
pengkhianat dan kaum pro-Jepang itu, ada juga anasir yang mendua sifatnya, yang
harus kita hadapi dengan politik mendua juga yang bersifat revolusioner. Ini
berarti, kita memakai politik menghantam dan memencilkan mereka apabila mereka
pro-Jepang, dan memakai politik menarik dan merebut mereka apabila mereka
guncang. Anasir yang mendua sifatnya ini harus diperbedakan dengan pengkhianat
yang tegas, seperti Wang Tjing-wéi,1) Wang Ji-tang2) dan Se Ju-san.3)
9.
Pada satu pihak, tuan, tanah
besar dan borjuasi besar yang pro-Jepang dan menentang perlawanan terhadap
agresi Jepang itu harus diperbedakan dengan tuan tanah besar dan borjuasi besar
yang pro-lnggeris-Amerika dan yang setudju dengan perlawanan terhadap agresi
Jepang; pada lain pihak, tuan tanah besar dan borjuasi besar yang mendua
sifatnya, yang setudju dengan perlawanan terhadap agresi Jepang tetapi guncang,
setudju dengan persatuan tetapi menentang Komunis itu harus diperbedakan pula
dengan golongan yang lebih kurang sifat menduanja, seperti borjuasi nasional,
tuan tanah yang sedang dan kecil, sense progresif.4) Berdasarkan
perbedaan inilah politik kita disusun. Berbagai macam politik tersebut semuanya
berdasarkan perbedaan dalam hubungan klas itu.
10. Demikian juga
terhadap imperialis. Meskipun Partai Komunis menentang imperialis manapun,
tetapi, pada satu pihak, imperialis Jepang yang sedang menyerang Tiongkok itu
harus diperbedakan dengan imperialis yang lain2 yang sekarang tidak menyerang
Tiongkok; pada lain pihak, imperialis Jerman dan Italia yang bersekutu dengan
Jepang dan mengakui "Mantjoukuo" itu harus diperbedakan pula dengan
imperialis Inggeris dan Amerika yang bertentangan dengan Jepang. Lagi pula,
Inggeris dan Amerika yang dulu menganut politik Munchen di Timur Djauh sehingga
merugikan perlawanan Tiongkok terhadap agresi Jepang itu, harus diperbedakan
dengan Inggeris dan Amerika yang sekarang melepaskan politik tadi dan mengubah
pendiriannja dengan menyokong perlawanan Tiongkok terhadap agresi Jepang.
Prinsip taktik kita tetaplah mempergunakan pertentangan, menarik jumlah yang
terbesar, menentang jumlah yang terkecil, menghantjurkan lawan satu demi satu.
Dalam hal politik luar negeri, kita berbeda dengan Kuomintang. Bagi Kuomintang,
"musuh hanya satu, yang lain semuanya teman"; pada lahirnya, ia
memperlakukan semua negeri sama rata kecuali Jepang, sebenarnya ia pro-lnggeris
dan pro Amerika. Bagi kita, harus tampak perbedaannya: pertama, Soviet Uni
berbeda dengan negeri2 kapitalis; kedua, Inggeris dan Amerika berbeda dengan
Jerman dan Italia; ketiga, rakyat Inggeris dan Amerika berbeda dengan
pemerintah imperialis Inggeris dan Amerika; keempat, politik Inggeris-Amerika
pada masa Munchen di Timur Djauh berbeda dengan politik mereka dewasa ini.
Berdasarkan perbedaan inilah politik kita disusun. Garis asasi kita berbeda
dengan garis asasi Kuomintang: kita menggunakan bantuan luar sedapat2nya dengan
berpegang keras pada prinsip berperang dengan merdeka dan hidup atas usaha
sendiri, tidak seperti Kuomintang yang bergantung pada bantuan luar dan
bernaung dibawah blok imperialis manapun dengan melepaskan prinsip itu.
Banyak kader
di dalam Partai berpandangan berat sebelah mengenai soal taktik sehingga
menyeleweng kekiri atau kanan. Itu hanya dapat diatasi apabila mereka diharuskan
mengerti perubahan dan perkembangan politik Partai dahulu dan sekarang secara
lengkap dan sistematis. Pada dewasa ini, bahaja yang utama yang mengatjau dalam
Partai tetap ialah pandangan terlalu kiri. di daerah kekuasaan Kuomintang,
banyak orang tidak dapat dengan sungguh2 menjalankan politik2 bersembunji lagi
berefisiensi, bekerja dibawah tanah dalam waktu yang panjang, menimbun
kekuatan, menunggu kesempatan, karena politik anti-Komunis daripada Kuomintang
itu dipandang mereka tidak hebat; disamping itu, ada pula banyak orang yang
tidak dapat menjalankan politik mengembangkan pekerjaan front persatuan, karena
Kuomintang dipandang mereka busuk seluruhnja begitu saja, sehingga mereka
kehilangan akal sama sekali. Keadaan demikian terdapat juga di daerah pendudukan
Jepang.
Pandangan
kanan yang dulu pernah berpengaruh sehebat-hebatnya di daerah kekuasaan
Kuomintang dan diberbagai daerah basis anti agresi Jepang, sekarang sudah
diatasi pada pokoknja. Pandangan itu sebagai berikut: karena hanya tahu bersatu
tetapi tidak tahu berjuang, dan karena terlampau tinggi menilai ketegasan
Kuomintang melawan agresi Jepang, maka telah mengaburkan perbedaan prinsipiil
antara Kuomintang dengan Partai Komunis, menyangkal politik merdeka dan bebas
dalam front persatuan, me-nurut2i tuan tanah besar dan borjuasi besar,
menurut-nuruti Kuomintang, sehingga mau mengikat tangan sendiri, tidak berani
leluasa mengembangkan kekuatan revolusioner yang melawan agresi Jepang dan
tidak berani tegas2 melawan politik Kuomintang yang menentang dan membatasi
Komunis itu. Tetapi, sejak musim dingin tahun 1939, disana sini telah terdjadi
penyelewengan terlalu kiri yang disebabkan karena Kuomintang mengadakan
pergeseran anti-Komunis dan kita mengadakan perjuangan membela diri. Meskipun
penyelewengan ini ada dibetulkan, tetapi masih belum seluruhnja, dan masih
tampak dalam politik2 yang konkrit di banyak tempat. Maka, mempelajari dan
menyelesaikan politik2 yang konkrit itu sangat perlu sekarang.
Tentang
politik2 yang konkrit itu, telah ber-turut2 diberikan petunjuk oleh Central
Comite, disini hanya beberapa saja yang kita tunjukkan dalam garis besar.
MENGENAI
SUSUNAN KEKUASAAN POLITIK. Harus tegas dijalankan "sistem tiga tiga"
-- orang Komunis hanya merupakan sepertiga dari jumlah anggota dalam badan
kekuasaan politik, untuk menarik orang bukan Komunis yang besar jumlahnya itu
duduk di dalamnya. Di-daerah2 seperti bagian utara Propinsi Tjiangsu yang baru
mulai ditegakkan kekuasaan politik demokratis anti agresi Jepang, jumlah orang
Komunis yang duduk dalam kekuasaan politik malah boleh kurang daripada
sepertiga. Wakil borjuasi kecil, borjuasi nasional dan sense progresif,
yang semuanya tidak giat anti-Komunis itu harus ditarik ke dalam badan2
pemerintahan maupun dalam badan2 perwakilan rakyat; orang Kuomintang yang tidak
anti-Komunis itu harus diperkenankan duduk di dalamnya. Boleh juga
diperkenankan sejumlah kecil anasir kanan duduk dalam badan perwakilan rakyat.
Jangan sekali2 sampai Partai kita memborong segala sesuatu. Kita hanya
merusakkan kediktatoran borjuasi komprador besar dan tuan tanah besar, dan
bukan menggantinya dengan kediktatoran satu partai dari Partai Komunis.
MENGENAI
POLITIK PERBURUHAN. Kegiatan buruh melawan agresi Jepang dapat dibangkitkan
hanya apabila penghidupan mereka diperbaiki. Tetapi penyelewengan terlalu kiri
harus dielakkan; jangan terlampau banyak menambah upah dan mengurangkan jam
kerja. Dalam keadaan Tiongkok sekarang, sistem kerja delapan jam masih sukar
diratakan. Dalam cabang produksi yang tertentu, sistem kerja sepuluh jam masih
harus diijinkan. Untuk cabang produksi yang lain2, jam kerja harus ditentukan
sesuai dengan keadaannya. Sesudah diikat kontrak antara buruh dan majikan,
buruh harus mentaati disiplin kerja dan harus memungkinkan si kapitalis
memperoleh keuntungan. Kalau tidak, pabrik akan gulung tikar, dan ini bukan
saja tidak menguntungkan usaha melawan agresi Jepang, malah mencelakakan buruh
sendiri juga. Lebih2 jangan kita ajukan tuntutan yang terlampau tinggi dalam
memperbaiki penghidupan dan menaikkan upah kaum buruh didesa, kalau tidak,
petani akan keberatan, buruh akan menganggur dan produksi akan merosot.
MENGENAI
POLITIK AGRARIA. Harus diterangkan kepada anggota Partai dan petani, bahwa
sekarang bukanlah waktu menjalankan revolusi agraria sampai urat akarnya, dan
cara yang dipakai pada masa Revolusi Agraria dahulu tidak dapat dipakai lagi
sekarang. Politik sekarang ialah, pada satu pihak, tuan tanah diharuskan
menurunkan sewa tanah dan bunga, dengan demikian barulah kegiatan massa tani
yang pokok untuk melawan agresi Jepang dapat dibangkitkan, tetapi penurunan itu
jangan terlampau banyak juga. Pemungutan sewa tanah pada umumnja berdasarkan
prinsip menurunkan sewa tanah 25%. Apabila massa menuntut persentase itu
dinaikkan, boleh diambil perbandingan 60% atau 70% untuk petani
sedangkan 40% atau 30% itu untuk tuan tanah, tetapi batas ini jangan dilampaui.
Penurunan bunga itu jangan sampai memustahilkan pelaksanaan utang-piutang dalam
masyarakat. Pada lain pihak, petani diharuskan membajar sewa tanah dan bunga,
sedangkan tuan tanah tetap memiliki tanahnya dan harta bendanja yang lain.
Janganlah bunga diturunkan sampai petani tidak mungkin mendapat pinjaman,
janganlah utang petani yang lama itu dibereskan sampai tanahnya yang digadaikan
kepada tuan tanah itu diambil kembali dengan cuma2.
MENGENAI
POLITIK PAJAK. Pajak harus dibajar menurut penghasilan. Selain orang yang
paling miskin yang harus dibebaskan dari pajak, semua rakyat yang mempunyai
penghasilan, yakni lebih dari 80% penduduk termasuk buruh dan petani, harus
memikul pajak negara. Beban itu tidak patut dipikulkan seluruhnja kepada tuan
tanah dan kapitalis. Cara menjamin perbekalan tentara dengan menangkapi orang
dan mendendanja itu harus dilarang. Tentang cara memungut pajak itu, sebelum
kita menetapkan cara yang baru yang lebih cocok, cara lama daripada Kuomintang
boleh dipakai dengan disertai perbaikan yang selayaknya.
MENGENAI POLITIK
MEMBERANTAS AGEN MUSUH. Harus tegas ditindas pengkhianat dan anasir
anti-Komunis yang keras kepala. Kalau tidak demikian, kekuatan revolusioner
yang melawan agresi Jepang tidak dapat dibela. Tetapi, jangan se-kali2
terlampau banyak membunuh orang, jangan se-kali2 sampai kena orang yang tidak
bersalah. Harus bermurah hati dalam memperlakukan anasir yang guncang di
kalangan kaum reaksioner dan anasir yang mengikuti kaum reaksioner karena
terantjam itu. Dalam memperlakukan pendjahat siapa saja, hukuman siksa harus
dihapuskan dengan tegas; yang diutamakan ialah bukti dan jangan pertjaja begitu
saja kepada pengakuan. Harus dipakai politik melepaskan semua tawanan dari
tentara musuh, tentara boneka dan tentara anti-Komunis, kecuali orang yang
sangat dikutuki massa, yang mesti dijatuhi hukuman mati dengan persetudjuan
pihak atasan pula. Dari tawanan itu, harus ditarik sebanyak2nya orang yang
sedikit banyak bersifat revolusioner, yang masuk tentara reaksioner karena
terpaksa, supaya bekerja dalam tentara kita, sedangkan yang lain-lainnya
dilepaskan semua. Apabila mereka tertawan lagi, dilepaskan lagi; janganlah
mereka dihina, janganlah uang dan barang mereka diambil dan janganlah mereka
disuruh mengaku salah, melainkan harus diperlakukan dengan tulus ikhlas dan
ramah-tamah semuanya. Politik ini harus dipakai dalam memperlakukan mereka,
biar betapa reaksioner mereka itu. Ini sangat berguna akan memencilkan kubu
reaksioner. Kepada pengkhianat Partai, kecuali yang sangat terkukuk
kejahatannya, hendaknya diberikan kesernpatan untuk membarui dirinja, dengan
syarat dia tidak akan menentang Komunis lagi. Kalau dia bisa kembali mengikuti
revolusi, dia masih boleh diterima, tetapi tidak diperkenankan masuk Partai
lagi. Janganlah orang informasi Kuomintang yang biasa itu disamakan dengan
mata2 Jepang dan pengkhianat, melainkan harus diperbedakan sifat kedua-duanya
itu dan diperlakukan berlain2an. Keadaan kacau-balau seperti instansi atau
organisasi mana saja boleh menangkap orang itu harus dilenjapkan; untuk
menegakkan ketertiban revolusioner supaya melawan agresi Jepang, harus
ditentukan, bahwa hanya instansi kehakiman dan instansi keamanan pemerintah
saja yang berhak menangkap pendjahat, sedangkan tentara hanya berhak demikian
dalam waktu perang saja.
MENGENAI HAK
RAKYAT. Harus ditetapkan, bahwa semua tuan tanah dan kapitalis yang tidak
menentang perlawanan terhadap agresi Jepang itu, sama dengan buruh dan petani
mempunyai kebebasan pribadi, berhak atas harta bendanja, berhak memilih,
mempunyai kebebasan berbicara, bersidang, mendirikan perkumpulan, berpikir dan
menganut kepercayaan. Pemerintah hanya mengawasi anasir yang mengadakan sabot
dan pemberontakan di daerah basis kita, sedangkan yang lain dilindungi
semuanya, tidak diganggu.
MENGENAI POLITIK
EKONOMI. Industri, pertanian dan perdagangan harus dikembangkan dengan giat.
Kaum kapitalis daerah2 lain yang bersedia membuka perusahaan industri di daerah
basis anti agresi Jepang ini harus ditarik. Perusahaan partikelir itu harus
diberikan dorongan, sedang perusahaan negara hendaknya dipandang sebagai
sebagian saja dari segenap perusahaan. Semua ini dimaksudkan untuk mencukupi
kebutuhan kita atas usaha sendiri. Perusahaan apa saja yang berguna itu harus
didjaga jangan sampai mengalami kerusakan. Politik bea dan politik moneter
harus sesuai dan bukan berlawanan dengan garis pokok tentang pengembangan
pertanian, industri dan perdagangan. Menyusun ekonomi diberbagai daerah basis
dengan sungguh2, teliti dan bukan dengan sembarangan, supaya mencukupi
kebutuhan kita atas usaha sendiri - inilah mata rantai pokok untuk
mempertahankan daerah basis dalam jangka panjang.
MENGENAI
POLITIK KEBUDAJAAN DAN PENDIDIKAN. Pokoknja ialah, rasa harga diri
nasional di kalangan massa rakyat, serta pengetahuan dan ketjakapan mereka
melawan agresi Jepang, harus ditingkatkan dan diratakan. Ahli pendidikan,
pekerja kebudajaan, wartawan, sarjana dan ahli tehnik yang liberal dari
kalangan borjuasi harus diperkenankan datang kedaerah basis untuk bekerja sama
dengan kita, membuka sekolah, menerbitkan surat kabar dan menjalankan pekerjaan
yang lain2. Semua anasir intelek yang agak aktif melawan Jepang harus ditarik
masuk sekolah kita, diberikan latihan dalam jangka pendek, lalu disuruh turut
dalam pekerjaan tentara, pemerintah dan sosial; mereka harus diterima dengan
tidak segan2, diberikan tugas dan diangkat dengan tidak segan2. Jangan takut
ini takut itu, atau takut anasir reaksioner akan menyelundup. Dengan tak
terelakkan beberapa anasir semacam itu akan menyelundup, tetapi ada cukup waktu
untuk menyikat mereka dalam proses pelajaran dan pekerjaan. Di setiap daerah
basis, harus didirikan percetakan, diterbitkan buku dan surat kabar, didirikan
instansi pembagi dan pengantar. di setiap daerah basis, sedapat mungkin harus
dibuka sekolah kader yang besar2, makin besar dan banyak, makin baik.
MENGENAI
POLITIK MILITER. Tentara Route Ke-8 dan Tentara Ke-4 Baru harus diperkembang
sedapat2nya, karena kedua2 ini adalah kekuatan bersenjata rakyat Tiongkok yang
paling boleh dipercayai dalam mengkonsekwenkan perlawanan nasional terhadap
agresi Jepang. Terhadap tentara Kuomintang, kita harus tetap mengambil politik
"jika kita tidak diserang, kita tidak akan menyerang", dan
sedapat2nya berusaha bersahabat dengan mereka. Opsir2 Kuomintang dan Opsir2 tak
berpartai yang bersimpati kepada kita itu harus ditarik sedapat mungkin ke
dalam Tentara Route Ke-8 dan Tentara Ke-4 Baru, untuk memperkuat pembangunan
tentara kita. Keadaan anggota Komunis menguasai segala2nya dalam tentara kita
dengan jumlah yang terbanyak, harus diubah juga sekarang. Tentu, "sistem
tiga tiga" tidak harus dipraktekkan dalam induk tentara kita, tetapi, asal
hegemoni tentara tetap dipegang oleh Partai kita (ini tetap perlu, tidak boleh
dilanggar), tak usahlah kita takut menarik simpatisan itu sebanyak2nya untuk
turut serta dalam pembangunan tentara dilapangan militer dan tehnik. Pada
dewasa ini, dasar Partai dan tentara kita dilapangan ideologi dan organisasi
sudah terletak sekokoh-kokohnya, maka usaha menarik simpatisan (tentu bukan
penyabot) sebanyak2nya itu bukan saja tidak berbahaya, malah tidak dapat
ditiadakan untuk memperoleh simpati seluruh rakyat dari memperluas kekuatan
revolusioner. Itulah sebabnya mengapa politik ini politik yang perlu.
Berbagai
prinsip taktik dalam front persatuan dan politik2 konkrit yang ditetapkan
berdasarkan prinsip ini sebagaimana yang dinyatakan tadi, harus dipraktekkan
setegas-tegasnya oleh seluruh Partai. Oleh karena pada saat sekarang ini,
agresor Jepang memperhebat agresinja terhadap Tiongkok, tuan tanah besar dan
borjuasi besar dalam negeri menjalankan politik penindasan yang se-wenang2 dan
melancarkan serangan militer yang semuanya anti-Komunis dan antirakyat, maka
hanya dergan mempraktekkan prinsip2 taktik dan politik2 konkrit sebagai
tersebut diatas barulah dapat kita mengkonsekwenkan perlawanan terhadap agresi
Jepang, mengembangkan front persatuan, mentjapai simpati rakyat seluruh negeri
dan mendatangkan perubahan situasi yang menguntungkan. Tetapi, dalam
membetulkan kesalahan, kita harus bertindak selangkah demi selangkah, tidak
boleh terlalu tergesa2, sehingga mengakibatkan hal2 yang tidak baik seperti:
kader tidak senang, massa curiga, tuan tanah melancarkan serangan balas dan
lain2.
Catatan:
1) Seorang
kepala golongan pro-Jepang dalam Kuomintang. Sejak tahun 1931 ia selalu
menganjurkan kompromi dengan imperialis Jepang. Pada bulan Desember 1938, ia
meninggalkan Tjungtjing dan menyerah kepada agresor Jepang, dan kemudian
membentuk pemerintah boneka di Nantjing.
2) Seorang
birokrat besar dalam jaman Raja Perang Utara, juga seorang pengkhianat
pro-Jepang. Ia dipakai oleh Tjiang Kai-sék sesudah Peristiwa Tiongkok Utara
pada tahun 1935. Pada tahun 1938, ia menjadi boneka agresor Jepang di Tiongkok
Utara dan dijadikan ketua "Komite Administrasi Tiongkok Utara".
3) Seorang
bunglon di kalangan raja perang Kuomintang. Sesudah Perang Melawan Agresi
Jepang meletus, ia menjadi panglima Grup Tentara Ke-10 Kuomintang dan bersekutu
terutamanja dengan tentara Jepang di bagian selatan Propinsi Hepéi untuk
menyerang Tentara Route Ke-8, merusakkan kekuasaan politik demokratis anti
agresi Jepang, membunuh anggota2 Komunis dan orang2 progresif.
4) Sen
ialah ikat pinggang yang dipakai oleh pamong praja pada jaman dulu, arti
kiasannya orang yang pernah menjadi pamong praja; se ialah ningrat kecil
yang tidak menjadi pamong praja dalam masyarakat feodal, arti kiasannja orang
yang tahu baca. Dari itu, golongan klas berkuasa yang tidak duduk dalam
pemerintah biasanya dinamakan sense. Sense progresif dimaksudkan
sebagai golongan sense yang condong kepada perlawanan terhadap agresi
Jepang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar