SELAMAT DATANG COMRADE

SUDUT KERTAS



Sang penombak bulan

sepertinya pagi ini engkau masih mengikutiku, sejak semalam, perlahan mengintipku, dari balik jendela,dari balik pohon, sesekali engkau di balik belukar.bukankah semalam kita menghabiskan waktu bersama? apa lagi untuk pagi ini? percayalah pada sang penombakmu ini, yang tak akan melemparkan tombaknya kecuali pada bulannya...

selama engkau masih tetap putih dan menyinari malam bumi ini...
percayalah...tombak ini tak akan perna terlepas...
bulan...tombak...
tombak...bulan...
...bulan...
...tombak...



Titik itu...

Pagi ini kupandang langit begitu gelap...
Di temani sang penombak ganas yang perutnya begitu merah...
Ia mengantarku pada sebuah titik di langit hitam itu... Merah, katanya... Dan dia berkata... Palingkanlah kepalamu...lagi... Ia menunjukkan sebuah titik...
Putih katanya...

Lalu, akupun memalingkan kepalaku, sang penombak ganas berkata... Kalau engkau mencari titik lagi engkau tidak akan menemukannya kecuali aku yang menunjjukkannya...
Itulah cinta katanya...
Selalu tampak berbeda dari sekitarx...
Tiba...kubertanya pada sang penombak ganas...
Knapa begitu banyak titik berwarna yg kulihat dan kenapa harus engkau yang menunjjukkan titik itu...
Sang penombak ganas berkata...
Karena aku adalah jelmaan hatimu dan aku hanya bisa menunjjukkan semua titik itu untuk kau miliki salah satunya...



Tunjuk satu bintang

lelah... tapi lelah mata, setelah merasakan perjalanan jauh di dunia maya, bertemu dengan orang orang di dalamnya. kuputuskan tuk meninggalkan dunia maya pagi itu, dalam perjalanan pulangku, bertemu dengan sang malam yang ditinggal pergi oleh kawan-kawanya, kami berdialog.
sang malam tidak sendirian, dia ditemani oleh satu bintang yang masih begitu terang di pagi buta itu.
"malam kenapa engkau sendirian, kemana kawan-kawanmu?" sapa ku
"aku sudah tua, aku bisa saja berlari mengejar kawan-kawanku yang pulang lebih dulu" jawab malam
"tapi" potongku

" aku merasa lebih nyaman berjalan pelan walaupun tertatih, lagi pula aku selalu ditemani sahabat setiaku, sang bintang"
"lalu,kemana sang bintang lainnya" tanya ku
"mereka lebih dahulu pergi, menyusul malam-malam yg lain yang lebih dahulu" jawab bintang
"bintang, kenapa engkau begitu setia menemani malam yang tua ini"
"dia sudah tua, penglihatanya sudah rabun, jika aku tidak meneranginya bisa-bisa dia hilang atau terjatuh di jalan" jawab bintang.
"kami memang selalu bersama setiap saat, datang dan pergi, selalu yang belakangan" ucap malam.

...lepas dialog... saya pun melanjutkan perjalanan kembali ke peraduan panjangku yang lama menanti kedatanganku
whoahhh....akhirnya saya tida di tujuanku, kubelai peraduanku...
lelah mata, kupejam...namun,mata hati tak merasakan lelah...tak mau terlelap...
terbayang pertemuanku dengan malam dan sahabat setianya bintang...
seandainya aku punya bintang atau aku punya malam...
mungkin saya tidak akan tersesat atau terjatuh...kuputuskan beranjak dari peraduanku, kubuka jendela dan menatap ke tempat dan arah pertemuanku tadi dengan malam dan bintang...
kuarahkan telunjukku ke lazuardi...
tunjuk satu bintang...
berharap bintang yang ku tunjuk akan seperti bintang miliknya sang malam...





Sebuah Negeri bernama Cinta

Kisah ini bermula ketika suatu waktu terjadi sebuah tragedi memilukan di sebuah negeri yag kini kusebut sebagai sebuah negeri bernama cinta. Negeri yang jauh dari pelupuk mata, Oscar mendengar kabar tragedi dari negeri tersebut membuatnya tak bisa menahan kebetahan untuk tidak mengunjungi negeri tersebut, maka berangkatlah Oscar bersama beberapa temannya.
Sungguh miris melihat negeri itu, setelah tragedi  memilukan tersebut  yang tersisa hanyalah murung hampir tak ada senyum yang Oscar temukan dari rakyat negeri tersebut. Perlahan Oscar mencoba menggairahkan rakyat di negeri tersebut, memancingnya untuk kembali tetap tersenyum namun senyuman rakyat negeri itu  masih terlalu mahal seolah sombong.

Beberapa hari kemudian, barulah kesombongan mereka mulai  tersembunyi dengan sedikit menyapa Oscar dan teman-temannya.
Suatu waktu, masih di negeri tersebut Oscar dan dua rekannya Quebeck dan Papa menerima ajakan seorang rakyat berkunjung ke rumahnya untuk membantunya membersihkan sisa-sisa tragedi. Maka beranjaklah mereka menuju rumah rakyat tersebut.
Mereka pun kemudian membersihkan rumah rakyat tersebut, tampak rumahnya lebih pantas dikatakan istana kecil karena di bandingkan dengan rumah-rumah disekitarnya, rumah rakyat itulah yang tampak berbeda dan lebih besar.
Tampak taman yang sepertinya sebelum tragedi adalah sebuah taman Sophia kini tampak berantakan bak ladang yang baru saja digarap oleh petaninya, masih terlihat potongan-potongan bunga- bunga cantik taman Sophia yang sudah layu, tampak pula kolam penuh lumpur yang sepertinya sebelum tragedi adalah tempat ikan-ikan cantik berenang.
Tiba-tiba, bayangan keindahan rumah rakyat yang memiliki taman Sophia dan kolam tersebut  pudar dan terkalahkan oleh munculnya seorang anak gadis berkacamata dan berjilbab berikut senyumnya yang tampak dari seberang jalan depan istana kecil tempat Oscar berdiri.
“…oh…hari ini mengalahkan segalanya…” kata Oscar, sambil tercengang . Dari istana kecil itu Oscar terus memandangi anak gadis tersebut yang juga sedang menata kembali istananya.
Rakyat pemilik istana kecil ternyata memperhatikan Oscar.” …hm…Dia adalah sepupuku ,namanya F….,  boleh aku kenalkan kalau engkau mau…” katanya kepada Oscar.
“Indah senyum itu kupanggil F…””wahyudi ukkas”
“e…e…. boleh… kalau tidak keberatan…” balas Oscar.
Perkenalan pun dimulai, mulai sejak itu Oscar tak pernah lupa melupakan pertemuannya denga F…
Sampai kembali dari negeri tersebut ia bahkan selalu mengenangnya.
Walaupun tak lagi pernah bertemu, komunisasi diantara mereka masih tetap lancar. Hampir tiap malam sejak pertemuan dan perkenalan pertama sekaligus terakhirnya di negeri tersebut ssecara bergantian saling menelpon.
Tibalah suatu waktu ketika Oscar mulai tidak mampu menyembunyikan perasaanya terhadap F… akhirnya ia pun memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanya kepada F…
“Halo…Assalamu alaikum…?” terdengar suara lembut itu dari kejauhan diujung telepon.
“Waalaikummmussalam….,halo ,bagaimana kabarnya?”Tanya Oscar
“Alhamdulillah, baik-baik saja kak.” Jawab F…
Peembicaraan ditelepon malam itu terus berlanjut hingga larut, hingga tibalah waktunya buat Oscar untuk menyataka perasaannya kepada F…
“F…mungkin pembicaraan ini agak santai, tapi saya minta kamu jujur?” Oscar
“apa sih kak, serius amat!” F…
“kamu percaya nggak dengan kekuatan cinta?” Tanya Oscar.
“he…percaya…saya itu paling percaya dengan cinta dan paling menghargai yang namanya cinta” jawab F…
Perbincangan it uterus berlanjut, hingga pada akhirnya “F”mengatakan …tidak…
Perasaan Oscar begitu terpukul, namun Oscar tetap saja bersabar.
“mungkin salahku, terlalu cepat menyatakan ini” cetusnya dalam hati.
Waktu semakin berlalu, Oscar pun perlahan bias melupakan “F”.
Tapi komunikasi tetap berjalan, walaupun hanya bertegur sapa.
Hari- hari dilalui Oscar dengan berat, namun perlahan mulai juga melupakan “F”.

... BERSAMBUNG PADA LEMBAR LAIN ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger