SELAMAT DATANG COMRADE

PA'JAPPANG

SE TEKO TEH HANGAT BERTIGA

Minggu 9 September 2012
Saya, ayub dan ikram janjian untuk pergi ke bulsar, gunun yg terletak di daerah kab.pangkep yang berbatasan dengan kab. Maros. Gunung bulusaraung termasuk dalam kawasan taman nasional Bantmurung-bulusaraung (Babul).
Rencana ini di motori oleh Ikram, dia mengajak Ayub yang di temuinya di acara pernikahan seorang teman (ical bogel).lalu di tempat yang sama juga menemui aku dan mengajakku juga. Ajakan itu tidak langsung ku iyakan karena kupikir masih ada hal lain yang harus ku urus di waktu yang sama.
Kami pun berpisah di malam pertemuan kami di resepsi itu, saya dan Ayub yang sama-sama tinggal di PKM (pusat kegiatan mahasiswa) Unhas ,di malam itu beberapa kali Ayub mencoba merayu untuk mengajak ikut, namun juga tak ku iyakan.
Esok harinya, di hari Minggu tanggal 9 September 2012. Ditempat yang sama aku dan Ayub terlelap semalam (Delima) bersama beberapa teman lainnya, Ayub beberapa kali membagunkan aku dan menyuruh untuk bersiap-siap  karena Ikram sudah dalam perjalanan menuju ke tempat kami akan di jemput.
Kurang lebih jam 8 pagi, saya pun beranjak dari tidurku dan memutuskan untuk ikut serta bersama Ayub dan Ikram. Kami pun berkemas, tidak banyak yang kami bawa karena tidak berencana untuk menginap. Katanya hanya pergi untuk minum-minum teh di puncak.
Tidak lama kemudian Ikram menelpon, katanya sudah ada di kampus, saat itu saya dan Ayub tidak berada di posko karena harus menemani adik-adik dari Pramuka Abbulosibatang SMAN 1 Sungguminasa yang  sedang latihan Mountaneering di PB dekat Perpustakaan pusat Unhas.
Saya dan Ayub pun bergegas kembali ke posko , kami pun langsung berangkat dengan mengendarai sepeda motor, karena daya jelajah motorku kurang saya pun meminjam motornya Imran, seorang teman , Ayub dan Ikram berboncengan dan saya sendirian.
Kami  tidak langsung berangkat tapi singgah di pondokan untuk beli makan (nasi ikan) sebagai bekal makan siang (walaupun sebenarya dari tadi malam belum makan). Kami beli 3 bungkus nasi beserta lauk ikan.kurang lebih pukul 10 pagi,  kami pun meninggalkan kampus menuju Pangkep, di perjalanan kami beberapa kali singgah untuk membeli  bekal. Lumayan juga belanjaanya Ayub…bisa bekal 2 hari di gunung…
Padatnya jalanan tidak menjadi halangan buat kami melakukan perjalanan,akhirnya kami tiba di  gerbang tonasa 2 (pabrik semen tonasa). Dari situ kami masih harus menempuh perjalanan kurang lebih satu jam  untuk tiba di kampung terakhir.
Dalam perjalanan ke kampong terakhir, kami disambut deretan bangunan pabrik yang tampak kumuh tak terawat  namum masih di gunakan, terihat dari kejauhan pecahan-pecahan karst yang di leburkan oleh mesin-mesin. Kubayangkan sepuluh tahun kedepan, tak ada lagi gunung Bulusaraung.
Selepas penjara gedung-gedung tua, kami  masuk ke wilayah perkampungan yang sedikit lebih bersahabat, lebih ramah lingkungan, masih ada sawah-sawah terbentang, aliran  sungai yang jernih.namun ironis karena dikelilingi oleh tebing-tebing karst yang  sudah kelihatan kulit dalamnya karena pengerukan. Mungkin warga tidak sadar  akan dampak jangka panjang dari pengerukan itu. Saat ini mungkin masih bisa menikmati aliran sungai yang jernih , masih bisa panen padi tiga kali setahun, tetapi besok, lusa atau kapanpun nanti sungai tidak lagi berair, tidak lagi jernih, untung kalau bisa dapat panen  sekali dalam setahun, kalau sumber air yang hilang maka tidak ada lagi musim panen di sana…entahlah….
Tidak terasa hampir setengah jam kami mengendarai motor, di jalan kami berpapasan dengan beberapa kelompok pendaki yang sudah turun. Kalau tidak salah kurang lebih jam 12.30 wita kami tiba di rumah kepala desa yang sekaligus pos pemantauan taman nasional Babul. Rumah kepala desa memang selalu menjadi tempat start oleh para pendaki, selain memiliki halaman rumah untuk memarkir kendaraan di situ juga terdapat sekretariat taman nasional BABUL.
Entah kenapa hari itu tidak ada penjaga di pos TN BABUL. Biasanya pendaki yang mau naik ke Gn.Bulusaraung akan registrasi sekaligus membayar kontribusi biasanya 3 ribu / orang.keberuntungan bagi kami atau kemalasan bagi mereka para penjaga.
Pukul 12.30 Wita kami melakukan perjalanan, kami menyatukan barang bawaan, dua   buah daypack dan sebuah kantongan yang dibawa Ayub. Kami meninggalkan base camp setelah memeriksa kembali motor apakah sudah terkunci leher atau belum, waspada coi…sapatau jalan kaki pulang…
Perjalanan ke Bulsar diawali dengan berjalan kaki melewati beberapa rumah penduduk dengan jalan aspal dan pengerasan, melewati pengerasan kita menapaki beberapa petak sawah dan kebun warga. Selepas persawahan langsung dihantam dengan pendakian sampai menemukan pondok sebagai pos 1,pondok tersebut terbuat dari kayu dan beratap seng seperti pos ronda tapi tak memiliki lantai. Kulihat jam tanganku, kalau tidak salah kami berjalan kurang lebih 15 menit untuk mencapai pos tersebut.
Karena Ayub ketinggalan, maka saya dan Ikram menunggunya di pos tersebut. Tidak lama kemudian Ayub datang dengan kantongan di tangannya. Kami beristirahat sejenak lalu melanjutkan perjalanan, saya paling depan, disusul Ikram dan Ayub.
Selama kurang lebih satu jam perjalanan, akhirnya kami tiba di pos 4, berupa pondok yang serupa dengan pos 1, sebenarnya tadi melewati  beberapa pondok di pos 2 dan pos 3. Saya tiba duluan, disusul Ikram, kami pun menunggu Ayub , kubuka kantong bajuku dan kuajak bercanda sahabat setiaku “mini”,di belakangku tampak Ikram meluruskan punggungnya dengan berbaring di bawah rimbunnya hutan. Tak terasa 15 menit berlalu, akhirnya Ayub tiba dengan menahan nafasx (seolah-olah), itu trik yang biasa kami gunakan ketika berpapasan dengan pendaki lain atau teman (supaya tidak terlihat lelah), di perjalanan tadi kami berpapasan dengan  rombongan pendaki yang baru turun dari puncak, sepertinya dari pangkep (anak sispala/KPA), seperti biasa kamipun  bertegur sapa, berjabat tangan dan menyebutkan nama.
Setelah beristirahat, kami melanjutkan perjalanan menuju pos 5, tanjakan masih setia menemani kami , ditambah terik matahari yang kadang-kadang langsung menyentuh tubuh kami. Akhirnya kami menemukan jalan datar (bonus), tanda bahwa pos 5 sudah dekat, tak ada perubahan berarti di pos 5, pondok peristerahatn masih seperti dulu, rusak tak terurus. Kami pun melanjutkan perjalanan, karena tanjakan sudah kurang, langkah kami pun sedikit lebih cepat dan berirama,jarang kami terpisah jauh.
Kami baru baristirahat di dekat pos 7, sebuah tower pemantau di pinggir tebing, tidak lama kemudian muncul rombongan pendaki dari arah puncak, kami pun bertegur sapa, tampaknya mereka mau singgah untuk mengambil gambar, maka kami melanjutkan perjalanan sambil menggunakan trik lama (tahan nafas) supaya terlihat santai.
Kurang lebih pukul 14.30 wita kami akhirnya tiba di pos 9, merupakan camp terakhir tempat pendaki beristirahat. karena kelaparan, kami langsung “mengesekusi” nasi ikan. karena air minum yang tersisa sedikit, saya pun pergi mengambil air dengan membawa beberapa botol, sumber air di pos 9 terletak di sebelah kanan tempat camp, jalur penurunan yang lumayan terjal, berjalan kurang lebih 5 menit, saya tiba di sumber air, bertemu dengan dua orang pendaki lain yang sedang mandi, sumber air adalah mata air kecil di bawah pohon besar yang dibuatkan kolam tampungan dan di sambung selang pendek. Setelah menunggu sepuluh menit, tiba giliran saya untuk mengambil air, perlahan kuisi semua botol satupersatu, dan kutinggalkan sumber air tersebut.
Akhirnya tiba juga di camp, terlihat Ayun n Ikram sibuk mengambil gambar, kami pun memanaskan air untuk minum teh dan kopi, sekaligus bekal untuk jalan ke puncak ambil gambar.
Setelah makan siang, kami menuju  triangulasi, perjalanan dari pos 9 (camp) melewati tanjakan berbatu, sebagian melewati pepohonan, lalu rerumputan subur yang menjalar sepanjang jalur pendakian, namun tadak ada lagi satu pun pohon. Sebelum mencapai triangulasi, terdapat tower komunikasi (kalau tidak salah milik TNI AD), yang tingginya kurang lebih 8 meter. Dari tower tersebut tampak triangulasi yang berjarak kurang lebih 10 m dari tower.
Puncak gunung Bulusaraung ditandai dengan Triangulai yang masih berdiri kokoh, walaupun sudah banyak coretan-coretan.disekeliling puncak tampak hamparan hutan luas, hamparan karst yang luas, tampak juga bekas pengerukan karts oleh tonasa.
Setelah mengutip beberapa gambar, kami pun turun dari puncak dan langsung kenuju camp, tiba di camp kami langsung megemas barang dan turun, karena hari sudah sore pukul 16.30 wita. Kami pun tiba di rumah kepala desa kurang lebih pukul 18.00 wita.
Puncak (Triangulasi) bulusaraung

Iqram, yube, Opik
Setelah istirahat sejenak dan memanaskan mesin motor, kami pun pulang ke Makassar, akhirnya kami tiba di Makassar kurang lebih jam delapan malam.






MENGINTIP REMBULAN DI PENGHUJUNG TAHUN

Pada awalnya, kami hanya ingin mengisi program kerja dari Himprapala yang sering dilakukan yaitu pendakian gunung yang ada di Makassar. Salah satunya yaitu Puncak Bawakaraeng, di mana pada awalnya hanya mengusulkan bahwa bagaimana kalau malam tahun baru 2013 nanti kita ke Puncak Bawakaraeng. Selang beberapa waktu, kami sepakat untuk naik ke Puncak Bawakaraeng. Satu bulan sebelum kegiatan ini, kami telah mempersiapkan beberapa hal, yaitu mempersiapkan fisik dan mental. Kami melakukan lari-lari sore di sekitaran kampus UNHAS. Juga mempersiapkan perlengkapan yang kami butuhkan untuk pendakain ke puncak, di antaranya yaitu kerel ada 3, portable, tranggia, nesting, tenda ada 2, matras ada 4, headlamp ada 3, senter ada 3, ponco ada beberapa dan perlengkapan pribadi masing-masing. Sedangkan ramsum yang kami siapkan yaitu beras, indomie, roti, nugget, ikan kering, telur, tempe, ikan sarden, biskuit-biskuit, cemilan-cemilan, sarimas, susu kaleng, kecap botol, coca-cola kaleng, kopi sachet, teh, susu indomilk kaleng, mentega, minyak goreng, rokok dan masih banyak lagi.


Seiring berjalannya waktu menjelang penghujung tahun 2012, tepatnya di pertengahan bulan Desember kami telah siap untuk naik ke Puncak Bawakaraeng. Dan hanya 7 anggota Himprapala yang fiks menaiki Puncak Bawakaraeng, di antaranya Taufik Syam(05), Wahyudi Ukkas,(05), Ardiawan(06), Ahmadrivai(08), Bayu Pradana(08), Apriadi Bumbungan(09), dan Sabri Setiawan(09). Sebenarnya masih ada dua anggota Himprapala tapi karena terkendala oleh waktu maka tidak jadilah mereka berangkat. Di antaranya itu, Idhyl (07) dan Nur Hamsah (08) biasa dipanggil Ancha. Setelah semuanya fiks baik perlengkapan yang dibutuhkan, fisik juga mental, kamipun segera membicarakan waktu kapan kita untuk berangkat. Tepat hari minggu, tanggal 30 Desember 2012 pada pukul 11.25 WITA dengan berkendaraan bermotor. Kamipun meninggalkan kampus UNHAS tepatnya di depan himpunan kami yaitu HIMPRA dengan menggunakan empat motor, masing-masing berboncengan kecuali Ardiawan yang tidak membonceng. Sebelum berangkat kami terlebih dahulu berdoa sesuai keyakinan kami masing-masing agar kami semua kembali dengan selamat. Dalam perjalanan, tepatnya di Antang, kami singgah  menjemput Apriadi yang biasanya di panggil Apri dan berboncengan dengan Sabri Setiawan yang biasanya di panggil Sabe’. Dengan menempuh 3 jam perjalanan dari Makassar ke Malino, kamipun  tiba tepatnya pukul 14.25 WITA, sebenarnya perjalanan ke Malino menempuh jarak hanya 2 jam tapi karena di perbatasan Malino ada sweeping maka kami melewati jalan lain yang langsung tembus tepatnya di jalur jalan ke SMAN 1 Tinggi Moncong Malino. Dengan menempuh perjalanan yang lumayan melelahkan kamipun singgah sejenak dan berisitirahat di warung sekitaran jalan poros di Malino. Setelah beristirahat sejenak, dengan sedikit derasnya hujan yang menghantam perjalanan kami ke Lembanna kamipun beranjak tanpa patah semangat.
Tepatnya pukul 15.30 WITA, kamipun tiba di rumah Tata’ Mu’ding di Lembanna tepatnya tempat base camp tim SAR UNHAS. Pukul 17.00 WITA, setelah mempacking barang-barang dengan safety yang dibawa ke puncak kamipun melangkah dengan tetap semangat dan menikmati perjalanan dengan senang hati walaupun deras hujan dan kedinginan yang dirasakan tapi dengan kehangatan kebersamaan yang kami tancapkan pada benak kami  masing-masing itu membuat kami pantang menggigil kedinginan dalam perjalanan. Tepatnya pukul 18.00 WITA, kamipun tiba di pos 2 dan langsung mendirikan kedua tenda dan juga membuat parit masing-masing tenda untuk persiapan jikalau terjadi hujan. Selain mendirikan tenda, ada juga yang memasak untuk makan malam. Dikeluarkan semua ramsum masing-masing kerel yang kami bawa, dan menu makan malam kami di pos 2 itu nasi, indomie, dan ikan kering kecap. Setelah semuanya makan, kami bersantai-santai dengan jamuan segelas dua gelas kopi dengan membarengi sebatang rokok yang terselip di celah kedua jari kami. Kemudian kami bercerita tentang perjalanan tadi hingga sampai di pos 2. Ketika sudah puas meluapkan cerita-cerita, kamipun satu persatu memasuki tenda, tenda pertama ada Taufik Syam biasa dipanggil Tope’, Bayu Pradana biasa di panggil Bayu, dan Sabe’. Di tenda ke dua ada Wahyudi Ukkas biasa dipanggil Udhi, Ardiawan biasa dipanggil Awa, Ahmadrivai biasa dipanggil Memet, dan Apri. Dan kami pun terlelap tidur sampai pukul 06.30 WITA dan satu persatupun terbangun kemudian keluar dari tenda terus meneguh air yang mengalir di sekitaran tenda kami untuk mencuci muka.
Kemudian semuanya terbangun dan bergegas untuk mempacking satu persatu barang-barang. Ada yang membongkar tenda dan ada juga membereskan ramsum juga perlatan-peralatan lainnya. Tapi, sebelumnya itu, sabe’ yang telah bersantai dari tidurnya kemudian mengambil posisi untuk senam pagi agar supaya badannya tidak terlalu sakit dirasakan. Setelah itu sabe’ pun ikut membantu mempacking barang-barang. Juga menyantap makanan untuk persiapan di perjalanan agar tidak lemas. Setelah beberapa selang jam berlalu tepatnya pukul 08.15 WITA, kamipun beranjak dari pos 2 melanjutkan perjalanan menuju Puncak Bawakaraeng. Yang menjadi leader itu Awa dan Udhi. Sedangkan swipper itu Tope’ sampai kami kembali ke Lembanna. Sejam kemudian kamipun tiba di pos 5 untuk beristirahat sejenak dan mengisi botol air minum kami masing-masing yang sudah mulai habis. Setelah semunya mulai fit kembali, kami mulai melanjutkan perjalanan sampai ke pos 7. Di pos 7 inilah kami mulai lagi istirahat sambil makan-makan roti berisi selei coklat. Juga kami berfoto satu persatu, masing-masing berfose menurut gayanya sendiri. Tak lama kemudian, ada kelompok Mapala dan rombongan penduduk setempat untuk menemani berfoto bersama.
Melanjutkan perjalanan dari pos 7 sampai ke Puncak Bawakaraeng bagi yang pertama kalinya naik mungkin sangat melelahkan dan menantang. Sebab medannya tidak sama dengan pos-pos lainnya. Kami sangat lelah saat berada di pos 8 menuju ke pos 9, ‘di mana jalurnya bisa dikatakan 90 derajat’ kata Awa. Dimana Sabe’ yang sangat lelah tiba-tiba terjatuh di penurunan yang licin sambil memegang botol minuman dan melemparkan ke arah Apri dan Awa yang menertawakannya. Dan di pos 9, kami tidak sempat menikmati pemandangan alamnya yang begitu indah sebab kabut menutupi pemandangan di sana. Tak lama kemudian Apri sangat lelah dan tidak sanggup lagi melanjutkan perjalanan, tapi dengan semangat kami diapun bisa secara perlahan melanjutkan perjalanannya sampai ke pos 10. Setiba di pos 10, tepatnya pukul 15.18 WITA sambil menyambut derasnya hujan, kamipun bergegas untuk mendirikan tenda. Dengan sedikit kelelahan dan kedinginan menusuk tubuh, kamipun tak patah semangat karena kami telah mencapai puncak dan kemudian semuanya membereskan perlengkapan dan ramsum untuk segera disiapkan. Satu persatu mengganti pakaiannya dengan pakaian kering dan mulai menyantap makanan yang telah kami siapkan, di mana sebelumnya Sabe’ dan Apri mengambil air di kubangan sedangkan Memet dan Bayu memasak. Dan Tope’, Udhi, juga Awa mendirikan tenda.
Dan kembali lagi kami bersantai dengan jamuan segalas dua gelas kopi dengan sebatang rokok yang terselip di celah kedua jari kami. Tak lama kemudian satu persatu masuk ke dalam tenda sambil menunggu tepatnya tanggal 1 Januari 2013. Ketika semuanya terbaring dalam tenda dan hujan sudah lama berhenti tiba-tiba bulan muncul dan kami pun keluar kembali untuk memandangi bulan itu sambil berdiskusi tentang alam, dan resolusi di tahun 2013 kami masing-masing. Tapi sayangnya Apri tidak sempat menikmati malam yang begitu menghangatkan kebersamaan kami yaitu di malam tahun baru 2013. Sebab dia sangat lelah, kedinginan dan tiba-tiba kepalanya pusing juga muntah-muntah. Tak lama kemudian Tope menyuruh Sabe untuk memasak air kemudian dimasuukannya ke dalam botol. Setelah itu dimasukkkan ke dalam Sleeping Bag Apri agar tubuhnya yang menggigil bisa agak sedikit menghangatkan tubuhnya. Dan untungnya ada tim SAR UNHAS dekat tenda kami punya minyak kayu putih, Sabe’ pun pergi meminjamnya dan membrikannya kepada Apri. Setelah itu Apri sudah agak mendingan dan terlelap tidur.
Ketika diskusi kami yang cukup lama dan kemudian satu persatu masuk dalam tenda. Tidak lama kemudian kami mendengar bunyi petasan yang beberapa kali meletus, dan salah satu terbangun yaitu Tope’ kemudian keluar dari tenda untuk pergi melihatnya sedangkan yang lainnya masih tertidur. Tiba-tiba Sabe’ pun bangun kemudian Memet, Awa dan Udhi sambil duduk dalam tenda dengan bersantai menyantap coca-cola dan cemilan-cemilan yang masih ada. Sedangkan Bayu terbaring dalam tenda menemani Apri. Tepatnya pukul 00.13 WITA 01 Januari 2013 dan kamipun berkata bahwa kami berhasil ‘mengintip rembulan di penghujung tahun 2012’.  Tak lama kemudian, ketika cerita-cerita kami terasa puas satu persatupun kembali beristirahat untuk mempersiapkan penurunan pagi harinya. Terbangun dari terlelapnya tidur, kami bergegas untuk mempersiapkan ke tranggulasi. Dimana tranggulasi ini adalah sebuah tugu yang menandakan titik Puncak Bawakaraeng. Setibanya di sana kami pun melihat banyak kelompok Mapala menikmati, melihat, dan berfoto bersama dengan alam Puncak Bawakaraeng nan indah ini. Satu persatu berfoto menduduki tugu tranggulasi dengan gayanya sendiri. Awan, langit, dan hembusan anginnya begitu ramah menyambut kedatangan kami. Setelah itu, kami turun ke tenda dan makan kemudian bergegas mempersiapkan peralatan kami untuk kembali ke Lembanna.
Pukul 11.11 WITA, kami mulai beranjak meninggalkan Puncak Bawakaraeng dan melanjutkan perjalanan pulang ke Lembanna. Penurunan kali ini lumayan tidak melelahkan, tapi jalur yang licin sehingga kami harus berhati-hati jangan sampai terjatuh. Pos demi pos kami lewati, kamipun  beberapa kali terjatuh karena licinnya jalur yang dilewati. Udhi yang terjatuh di pos 7 membuat kakinya tergilir sampai keram, Bayu terjatuh dan tangannya tertusuk duri pohon, dan Sabe’ juga terjatuh karena memberi tanda pemberhentian sejenak sambil berbalik belakang hingga akhirnya kaki pada tulang keringnya tergores oleh batu besar. Tapi semua itu tidak menggoyahkan hati kami untuk berhenti di tengah perjalanan. Kamipun tetap tegar dan semangat melanjutkan perjalanan. Saat perjalanan ke pos 5 hujanpun turun, tepatnya pukul 15.18 WITA kami tiba di pos 5 untuk berteduh sejenak bersama kawan-kawan Mapala lainnya. Disinilah kami merasakan indahnya kebersamaan, saling berbagi cerita, canda, saling berbagi rokok dan makanan begitupun dengan Mapala yang ikut berteduh di pos 5. Sejam berlalu, kamipun melanjutkan perjalanan dan hujanpun agak reda. Pos demi pos kami lewati tanpa patah semangat sampai pada akhirnya tepat pukul 17.03 kamipun tiba di Lembanna tepatnya di rumah Tata’ Mu’ding.
Kami bergegas membersihkan badan satu persatu, dan bercengkrama dengan Mapala lainnya yang ada di rumah Tata’ Mu’ding. Sambil bersantai di teras rumah, dengan segelas dua gelas kopi juga rokok yang terselip di celah kedua jari kami masing-masing dan penuh rasa yang sangat bangga juga bahagia dengan berbagai cerita-cerita yang terlampiaskan membuat kehangatan menjadi lebih terasa. Tak selang beberapa waktu, berita sampai kepada kami bahwa ada pendaki yang tersesat di pos 7. Dan kamipun bermalam semalam di rumah Tata’ Mu’ding, salah satu dari kami yaitu Tope’, subuh harinya ikut naik untuk mengevakuasi pendaki yang tersesat tersebut. Tak lama kemudian semuanya selamat, tepatnya hari Rabu tanggal 2 Januari 2013. Kemudian kamipun bersiap-siap untuk meninggalkan Lembanna  kemudian kembali ke Makassar dengan penuh kenikmatan walaupun banyak rintangan yang menghampiri kami di perjalanan. Di perjalanan kembali ke Makassar motor Sabe’ mengalami kebocoran ban belakang dua kali ganti ban dalam. Tapi, kami tetap menikmati perjalanan walaupun hujan membasahi kami sampai tiba di Makassar pukul 20.17 WITA tepatnya di kampus kami UNHAS.
Begitulah unek-unek perjalanan kami sampai akhirnya mencapai Puncak Bawakaraeng dan kembali dengan selamat. Walaupun begitu banyak keluhan, rintangan sang alam yang dihadapi tapi, kami masih tetap tegar dan semangat menikmati perjalanan ini. Sampai-sampai banyak kata-kata yang secara tidak langsung keluar dari mulut kami, entah ini aneh ataukah unik didengar, tapi seperti itulah pelampiasan ataupun bisa jadi penyemangat dari kami sendiri tentunya. Contohnya saja, kata-kata ’nikmati saja perjalanan kawan’, juga perkataan sabe’ yang terlontar walaupun tidak tahu artinya tapi dia tetap menyebutnya ‘jojoma nakke’. Dan ketika memakai topi Awa, tiba-tiba Sabe’ pun mencoba menghibur yang lain dengan menyanyikan lagu ‘Si Bolang’. Dan banyak hal yang Awa dan Sabe’ buat untuk menghibur yang lain sampai terhibur selama perjalanan. Katanya, agar perjalanan ini tidak terlalu kaku dan semuanya bisa menikmati perjalanan. Sampai pada akhirnya kamipun sukses mengintip rembulan di penghujung tahun 2012. Dan tentunya kami berhasil menjalankan program kerja Himprapala kali ini.
‘Jayalah HIMPRA, vive HIMPRA...’

                                                                                                                                                                                                  Jumat, 4 Januari 2013
Saba' Noah

(kiri atas-bawah)Awa',udi,bayu,afri,memet,sabe'
foto bersama pendaki lain di pos 7

pos 7
                                                                                                                                                                                                               

1 komentar:

Powered By Blogger